Jumat, 28 September 2012

KERIS DALAM FALSAFAH



KERIS DALAM PANDANGAN FALSAFAH

PEMBUKA

Seperti Kita ketahui bahwa para Kerabat Karaton yaitu Putra-putridalem,Santanadalem,Abdidalem Santana,Abdidalem ,serta masyarakat umum, khususnya di wilayah Surakarta Hadiningrat dan seantero Nusantara pada umumnya banyak yang mengagumi dan gemar dengan KERIS.
Apalagi Khusus bagi Para Kerabat Karaton Surakarta Hadiningrat ,mempunyai kewajiban untuk memakai / menyandang KERIS didalam kegiatan Karaton baik yang bersifat resmi atau tidak resmi.
Akan tetapi banyak juga yang belum mengetahui makna dan filosofi KERIS. Maka dari itu sebagai salah seoran Abdidalem Saya memberanikan diri untuk berbagi Pengertian dan pemahaman Khususnya di dalam Fasafah KERIS itu sendiri, bukan berarti Saya ingin menggurui Pembaca sekalian ,akan tetapi Saya hanya ingin berbagi Ilmu dari Para Winasis / Pujangga / Guru yang sudah Saya terima, tak lain dan tak bukan hanya ingin supaya pandangan dan Falsafah Kejawen Khususnya tentang KERIS bisa terjaga dan tidak hilang tergerus perkembangan jaman dan bisa di turunkan dan dipelajari oleh anak ,cucu generasi penerus kita di masa yang akan datang.
Demikian  yang dapat Saya sampaikan sebagai Prakata , bilamana ada kata yang kurang berkenan ,Saya menyadarinya karena Saya hanyalah Titah, dan Kesempurnaan hanyalah milik GUSTI INGKANG MURBENG DUMADHI , dan Saya mohon maaf untuk kekurangan itu. Khusus Kepada Beliau-beliau yang lebih mampu dan paham tentang Tosan Aji / Keris dan lain-lain , Saya hanya ingin berbagi dalam menyatukan Cipta,Rasa dan Karsa untuk kesempurnaan Menjaga dan Merawat Budaya Jawa yang Adhi luhung.

Terima Kasih



KRT. SINGHAWIJAYA
 Karaton Surakarta



FILSAFAT KERIS

KERIS = Kekeraning Istikad ( jarwa dasa )
KERIS juga bisa disebut Wangkingan, atau Curiga, dan juga Dhuwung . Sebagai Pembuka kita, ada pertanyaan :
·         Ana ngendi ta Pucuking KERIS iku ? ( Ada di manakah Ujung KERIS itu ? )
·         Ana ngendi ta Pucuking Manungsa iku ? ( Ada dimanakah Ujung Manusia itu ? )
Sebenarnya KERIS itu dibuat sebagai gambaran dari Manusia itu sendiri. Ketika awal mula manusia belum berujud, dia terjadi dari Benih Suci (Spermatozoid ) yang dihasilkan dari Bapak/Rama  ( “Duk mula bukanira sira ujud, inggih kadadosna saking Wiji Suci arupi cebong ingkang Kinandut dening Bapa “ ) . Jadi ada kalimat atau unen-unen “Kepala disambung ekor belum bisa bergerak …” ( Sirah kasambung buntut dereng saged ebah….). Maka seperti juga KERIS yang pertama bentuk awalnya adalah Lurus ( Jejeg ) . Maka KERIS dengan bentuk / Dapur Ricikan / ornament Lurus ( Jejeg ) tidaklah banyak di buat atau di cipta ,sebagai contoh salah satunya Dapur “Jalak” dan Dapur “Kebo” antara lain :
a.       Jalak Brojol
b.      Jalak Tilam Upih
c.       Jalak Tilam Sari
d.      Jalak Ngore
e.      Jalak Sangu Tumpeng
f.        Jalak Mbedat Kurungan
g.       Pasopati
h.      Sinom
i.         Sinom Robyong
j.        Kebo Teki
k.       Kebo Lajer
l.         Kebo Ndungkul
Dan lain-lain
Cebong / Spermatozoid yang sudah di pindahkan dan di kandung didalam Rahim Ibu mulai bergerak , demikian juga KERIS di ibaratkan mulai bergerak maka gambaran gerak itu berbentuk ‘’Luk”, dan jumlah Luk dibuat ganjil jumlahnya mulai dari Luk 3 ( Jangkung ) hingga Luk 13 ( Sengkelat ) dan lain sebagainya. Ketika Spermatozoid didalam rahim ibu, muncul bentuk ricikan / ornamen untuk menjadi sebuah ujud : terbentuk Mata,Hidung,Bibir,Rambut dan lain-lain. Karena Gambaran tersebut, dalam wujud KERIS dapur Luk juga terdapat  ornament atau bentuk ricikan : Pijetan , Tikel Alis , Lambe Gajah , Jalen ,Sekar Kacang , Greneng, Pudak Setegal . KERIS di awal bentuknya disebut “Kodokan” yang didalamnya bersatu tiga jenis bahan / energi yaitu : Wesi Purosani , Pamor ( Batu Meteor ) , serta Waos ( Baja ) . Jadi belum memakai “ Gonjo” . Lalu  Kodokan dipotong pada ujungnya dan dijadikan “Gonjo” diletakan dibawah bilah Keris dengan posisi Malang. Maka yang disebut Ujung dari Keris terletak pada “Gonjo”.
Gonjo di bagian belakang di buat bentuk Greneng ( model mata pancing ) atau dengan kata lain disebut Rambut karena rambut juga berpangkal di bagian belakang, sama seperti manusia Ujungnya juga terletak di bagian belakang atau tengkuk.
Sekar Kacang atau dengan kata lain Jenggot , maka bila bilah Keris berdapur Robyong juga disematkan pula bentuk Greneng . Pesi berfungsi sebagai pegangan yang kelak akan di beri ukiran atau  Jejeran dan pada gambaran Manusia pegangan atau jejeran tersebut di ibaratkan sebagai Ubun-ubun ( mbun-mbunan ) . Gandik ( Rai ) atau wajah , maka pada gandik keris juga terdapat Tikel Alis , Lambe Gajah ,


dan Jalen , dan dibelakangnya disebut Pijetan di ibaratkan sebagai Pipi Manusia , lalu dibawahnya disebut Sogokan yang terletak di Jangga atau Leher bila pada Manusia.
“Ing madyaning ngelmu Jawi, yen sira angagem Keris , ya Wangkingan , ya Dhuwung , sira mangertia sejatining sira asal saka Wiji , Roh , lan Sukma kang Suci , ya Sifating Allah panggonan bebener ( di dalam falsafah jawa , bila kamu memakai Keris , atau Wangkingan , atau Dhuwung , hendaklah kamu mengerti dengan asal kamu yang sejati , ketahuilah sebenarnya kamu berasal dari benih , Roh dan sukma yang suci gambaran dari sifat Allah / Tuhan tempat segala kebenaran . KERIS juga dilengkapi dengan Pakaian / sandangan yang di sebut “Warangka” maka pada diri manusia pun juga memakai Pakaian . Dan Pakaian itu disesuaikan dengan kebutuhannya ataupun keperluannya , sebagai contoh Warangka Ladrang di pakai pada saat acara resmi seperti Penobatan Raja , Pisowanan Ageng ,Wisudan dan lain-lain. Warangka Gayaman dipakai pada keseharian seperti Pergi ke kantor dan lain sebagainya . Warangka Sandang Walikat dipakai pada saat berpergian jauh / Tour mengguakan kendaraan seperti Kuda , Motor , Kapal dan lain-lain. KERIS dalam falsafah memberi Kepercayaan diri .
Pertayaan berikutnya : Mengapa KERIS pada sisi atau pinggirnya dibuat Tajam ? Seperti kita ketahui pada diri kita di beri oleh Tuhan sebuah Kehidupan yang mempunyai ciri bisa merasakan sesuatu ( diberi Panca Indra ) dan yang paling pinggir / tepi / Luar adalah Kulit atau Indra Perasa mulai dari ujung kaki hingga ubun-ubun bisa merasakan sentuhan ( Tajam )

BAHAN KERIS
Keris di buat dengan menggunakan bahan baku Tosan Atau Besi , yang disebut inti besi atau “Wesi Purosani” . Purosani dari asal kata Phurusa yang berarti Roh dan Roh merupakan inti dari kehidupan , maka besi yang akan dijadikan Keris di pilih dari sari patinya besi atau intinya besi . Sebagai contoh jenis –jenis sari pati / inti besi antara lain :
  • Balebang
  • Kemboja
  • Mangankang
  • Malelo Gendogo
  • Malelo Pusuh
  • Malelo Sente
  • Bale Lumur
  • Karang Wijang
Dan lain sebagainya yang didalamnya juga terkandung kelebihan dan kekurangan dari sifat besi itu sendiri .
Sari pati besi atau inti besi tersebut sebenarnya berbobot 1/2 Kilogram dari besi yang bobotnya 15 Kg jadi semua kotoran yang terkandung dalam besi sudah rontok terbuang ketika proses penggemblengan di laksanakan . Bahan lainnya yang di sebut “Pamor” diambil dari batu Meteor yang jatuh dari langit dan sarinya batu diambil hingga ujud serat putih yang secara Ilmiah di sebut Titanium , dan bahan tersebut mengandung Kobalt yang berfungsi menetralisir radiasi . Pamor berujud putih yang diambil dari sari batu Meteor dibuat motif atau corak yang beragam sesuai dengan selera atau feeling dari Mpu dan menjadikan ujud karya Budaya yang Adi Luhung sehingga juga bisa di sebut “Pusaka” 

KERIS DIBUAT SEBAGAI PUSAKA
Pusaka berarti yang pantas di hormati karena merupakan salah satu barang yang baik dalam pengerjaanya dan bukan untuk di sembah , sebab yang disebut Pusaka bisa berujud apa saja , misalnya : Bendera ,Lambang Negara , Pakaian , Bangunan ( Karaton , Masjid , Gereja , Candid an lain-lain ).

AURA / PAMOR
Pamor memiliki daya membersihkan radiasi maka setiap tempat yang terdapat Ether atau senyawa radioaktif bila di dekatnya atau didalamnya di pasang / dipajang Keris yang berpamor maka tempat tersebut akan dinetralkan radioaktifnya oleh Kobalt yang di kandung dalam pamor keris tersebut . Seperti juga kamar yang beraura sangar atau negative bila di dalamnya di taruh Keris maka kamar tersebut pun aka menjadi netral , adem dan menjadi nyaman . Pemaparan ini merupakan pandangan secara Ilmiah jauh dari kesan klenik atau mistik . Sedangkan bahan yang berikutnya adalah  Waos atau Baja yang berfungsi sebagai pengapit Besi dan Pamor sehingga menjadikan keris itu tajam bagian pinggirnya tetapi juga kuat tidak mudah bengkok . Jadi Kalau boleh di sebut bahwa KERIS itu sebenarnya terjadi atau terbuat dari Tiga (3 ) Unsur / Elemen yang menyatu , itu semua dapat di lihat dari Baja yang di pinggir yang berwarna Abu-abu, Besi dan Meteor  terletak di tengah berwarna Hitam dan Putih. Jika kita memakai atau menyandang KERIS sebenarnya kita harus senantiasa ingat dengan asal-usul kita yang sejati , dan bisa juga di ibaratkan cara kita menempatkan diri sesuai dengan posisi kita di adapan Yang Maha Kuasa ,karena kita bukan yang berkuasa jadi kita tidak bisa bersifat Taqabur karena kita hanyalah UmatNYa. Maka Kita dapat memisahkan dan memilih Piandel / Pusaka mana yang selalu kita Gendong ( Pakai ) . Maka Kebanyakan kita memakai KERIS ,selalu kita tempatkan di belakang kita , yang merupakan Gambaran bahwa di belakang kita Tuhan Yang senantiasa kita Gendong / dijadikan Sesembahan . Sedangkan para Ulama,Pendeta,Brahmana,dan lainnya yang hidup dan matinya sudah diserahkan untuk melayani dan mengabdi kepada TuhanNya yang terlihat dari depan adalah Sifat dan watak dari PenciptaNYA karena Beliau-beliau ini sudah menjauh dari sifat Keduniawian sehingga bila memakai KERIS kebanyakan di letakan di depan yang menggambarkan bahwa Beliau-beliau ini selalu memberikan Ilmu , Pengetahuan ,dan Penerang bagi Umatnya.
Untuk itu mari bersama-sama kita menjaga dan merawat Ajaran-ajaran Para leluhur kita yang terkandung dalam bentuk dan wujud KERIS , yang sebenarnya dalam wujud dan bentuk tersebut tidak hanya berguna sebagai senjata saja tetapi juga berguna sebagai Ajaran / Pandangan hidup / Falsafah bagi kita dalam bermasyarakat dan memahami diri kita yang sejati yang berasal dari Pencipta kita Tuhan Yang Maha Pencipta . Maka dari itu bila kita senang memakai KERIS dapat diharapkan kita dapat berlaku Sabar,Ikhlas,jauh dari watak Taqabur dan dapat member manfaat bagi orang lain


Surakarta Hadiningrat ,2012

KRT. SINGHAWIJAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar