KERIS DALAM PANDANGAN
FALSAFAH
PEMBUKA
Seperti Kita ketahui bahwa para
Kerabat Karaton yaitu Putra-putridalem,Santanadalem,Abdidalem Santana,Abdidalem
,serta masyarakat umum, khususnya di wilayah Surakarta Hadiningrat dan seantero
Nusantara pada umumnya banyak yang mengagumi dan gemar dengan KERIS.
Apalagi Khusus bagi Para Kerabat
Karaton Surakarta Hadiningrat ,mempunyai kewajiban untuk memakai / menyandang KERIS didalam kegiatan Karaton baik
yang bersifat resmi atau tidak resmi.
Akan tetapi banyak juga yang
belum mengetahui makna dan filosofi KERIS.
Maka dari itu sebagai salah seoran Abdidalem Saya memberanikan diri untuk
berbagi Pengertian dan pemahaman Khususnya di dalam Fasafah KERIS itu sendiri, bukan berarti Saya
ingin menggurui Pembaca sekalian ,akan tetapi Saya hanya ingin berbagi Ilmu
dari Para Winasis / Pujangga / Guru yang sudah Saya terima, tak lain dan tak
bukan hanya ingin supaya pandangan dan Falsafah
Kejawen Khususnya tentang KERIS
bisa terjaga dan tidak hilang tergerus perkembangan jaman dan bisa di turunkan
dan dipelajari oleh anak ,cucu generasi penerus kita di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat Saya sampaikan sebagai Prakata ,
bilamana ada kata yang kurang berkenan ,Saya menyadarinya karena Saya hanyalah
Titah, dan Kesempurnaan hanyalah milik GUSTI
INGKANG MURBENG DUMADHI , dan
Saya mohon maaf untuk kekurangan itu. Khusus Kepada Beliau-beliau yang lebih
mampu dan paham tentang Tosan Aji /
Keris dan lain-lain , Saya hanya ingin berbagi dalam menyatukan Cipta,Rasa
dan Karsa untuk kesempurnaan Menjaga dan Merawat Budaya Jawa yang Adhi luhung.
Terima Kasih
KRT. SINGHAWIJAYA
Karaton Surakarta
FILSAFAT KERIS
KERIS = Kekeraning Istikad ( jarwa dasa )
KERIS juga bisa disebut Wangkingan,
atau Curiga, dan juga Dhuwung . Sebagai Pembuka kita, ada
pertanyaan :
·
Ana ngendi ta Pucuking KERIS iku ? ( Ada di
manakah Ujung KERIS itu ? )
·
Ana ngendi ta Pucuking Manungsa iku ? ( Ada
dimanakah Ujung Manusia itu ? )
Sebenarnya KERIS itu dibuat
sebagai gambaran dari Manusia itu sendiri. Ketika awal mula manusia belum
berujud, dia terjadi dari Benih Suci (Spermatozoid ) yang dihasilkan dari
Bapak/Rama ( “Duk mula bukanira sira ujud,
inggih kadadosna saking Wiji Suci arupi cebong ingkang Kinandut dening Bapa “
) . Jadi ada kalimat atau unen-unen “Kepala disambung ekor
belum bisa bergerak …” ( Sirah kasambung buntut dereng saged ebah….).
Maka seperti juga KERIS yang pertama
bentuk awalnya adalah Lurus ( Jejeg ) . Maka KERIS dengan bentuk / Dapur
Ricikan / ornament Lurus ( Jejeg )
tidaklah banyak di buat atau di cipta ,sebagai contoh salah satunya Dapur “Jalak”
dan Dapur “Kebo” antara lain :
a.
Jalak Brojol
b.
Jalak Tilam Upih
c.
Jalak Tilam Sari
d.
Jalak Ngore
e.
Jalak Sangu Tumpeng
f.
Jalak Mbedat Kurungan
g.
Pasopati
h.
Sinom
i.
Sinom Robyong
j.
Kebo Teki
k.
Kebo Lajer
l.
Kebo Ndungkul
Dan lain-lain
Cebong / Spermatozoid yang sudah di pindahkan dan di kandung
didalam Rahim Ibu mulai bergerak , demikian juga KERIS di ibaratkan mulai
bergerak maka gambaran gerak itu berbentuk ‘’Luk”, dan jumlah Luk dibuat ganjil jumlahnya mulai dari Luk
3 ( Jangkung ) hingga Luk 13 ( Sengkelat ) dan lain sebagainya. Ketika Spermatozoid didalam rahim
ibu, muncul bentuk ricikan / ornamen untuk menjadi sebuah ujud : terbentuk
Mata,Hidung,Bibir,Rambut dan lain-lain. Karena Gambaran tersebut, dalam wujud KERIS dapur Luk juga terdapat ornament atau bentuk ricikan : Pijetan ,
Tikel Alis , Lambe Gajah , Jalen ,Sekar Kacang , Greneng, Pudak Setegal . KERIS
di awal bentuknya disebut “Kodokan” yang didalamnya bersatu
tiga jenis bahan / energi yaitu : Wesi Purosani , Pamor ( Batu Meteor ) , serta
Waos ( Baja ) . Jadi belum memakai “ Gonjo” . Lalu Kodokan dipotong pada ujungnya dan
dijadikan “Gonjo” diletakan dibawah
bilah Keris dengan posisi Malang. Maka yang disebut Ujung dari Keris terletak
pada “Gonjo”.
Gonjo di bagian belakang di
buat bentuk Greneng ( model mata pancing ) atau dengan kata lain disebut
Rambut karena rambut juga berpangkal di bagian belakang, sama seperti manusia
Ujungnya juga terletak di bagian belakang atau tengkuk.
Sekar Kacang atau dengan
kata lain Jenggot , maka bila bilah Keris berdapur Robyong juga disematkan
pula bentuk Greneng . Pesi berfungsi sebagai pegangan yang
kelak akan di beri ukiran atau Jejeran
dan pada gambaran Manusia pegangan atau jejeran tersebut di ibaratkan
sebagai Ubun-ubun ( mbun-mbunan ) . Gandik ( Rai ) atau wajah , maka
pada gandik keris juga terdapat Tikel Alis , Lambe Gajah ,
dan Jalen , dan dibelakangnya
disebut Pijetan di ibaratkan sebagai Pipi Manusia , lalu dibawahnya
disebut Sogokan yang terletak di Jangga atau Leher bila pada Manusia.
“Ing madyaning ngelmu Jawi, yen
sira angagem Keris , ya Wangkingan , ya Dhuwung , sira mangertia sejatining
sira asal saka Wiji , Roh , lan Sukma kang Suci , ya Sifating Allah panggonan
bebener ( di dalam falsafah jawa , bila kamu memakai Keris , atau
Wangkingan , atau Dhuwung , hendaklah kamu mengerti dengan asal kamu yang
sejati , ketahuilah sebenarnya kamu berasal dari benih , Roh dan sukma yang
suci gambaran dari sifat Allah / Tuhan tempat segala kebenaran . KERIS juga
dilengkapi dengan Pakaian / sandangan yang di sebut “Warangka” maka pada diri
manusia pun juga memakai Pakaian . Dan Pakaian itu disesuaikan dengan
kebutuhannya ataupun keperluannya , sebagai contoh Warangka Ladrang di pakai
pada saat acara resmi seperti Penobatan Raja , Pisowanan Ageng ,Wisudan dan
lain-lain. Warangka Gayaman dipakai pada keseharian seperti Pergi ke
kantor dan lain sebagainya . Warangka Sandang Walikat dipakai
pada saat berpergian jauh / Tour mengguakan kendaraan seperti Kuda , Motor ,
Kapal dan lain-lain. KERIS dalam falsafah memberi Kepercayaan diri .
Pertayaan berikutnya : Mengapa KERIS pada sisi atau pinggirnya
dibuat Tajam ? Seperti kita ketahui pada diri kita di beri oleh Tuhan
sebuah Kehidupan yang mempunyai ciri bisa merasakan sesuatu ( diberi Panca
Indra ) dan yang paling pinggir / tepi / Luar adalah Kulit atau Indra Perasa
mulai dari ujung kaki hingga ubun-ubun bisa merasakan sentuhan ( Tajam )
BAHAN KERIS
Keris di buat dengan menggunakan
bahan baku Tosan Atau Besi , yang disebut inti besi atau “Wesi Purosani” . Purosani dari asal kata Phurusa yang berarti Roh
dan Roh merupakan inti dari kehidupan , maka besi yang akan dijadikan Keris di
pilih dari sari patinya besi atau intinya besi . Sebagai contoh jenis –jenis
sari pati / inti besi antara lain :
- Balebang
- Kemboja
- Mangankang
- Malelo
Gendogo
- Malelo
Pusuh
- Malelo
Sente
- Bale
Lumur
- Karang
Wijang
Dan lain
sebagainya yang didalamnya juga terkandung kelebihan dan kekurangan dari sifat
besi itu sendiri .
Sari pati besi atau inti besi
tersebut sebenarnya berbobot 1/2 Kilogram dari besi yang bobotnya 15 Kg jadi
semua kotoran yang terkandung dalam besi sudah rontok terbuang ketika proses
penggemblengan di laksanakan . Bahan lainnya yang di sebut “Pamor” diambil dari batu
Meteor yang jatuh dari langit dan sarinya batu diambil hingga ujud serat putih
yang secara Ilmiah di sebut Titanium ,
dan bahan tersebut mengandung Kobalt
yang berfungsi menetralisir radiasi . Pamor
berujud putih yang diambil dari sari batu Meteor dibuat motif atau corak yang
beragam sesuai dengan selera atau feeling dari Mpu dan menjadikan ujud karya Budaya yang Adi Luhung sehingga juga
bisa di sebut “Pusaka”
KERIS DIBUAT SEBAGAI PUSAKA
Pusaka berarti yang pantas di
hormati karena merupakan salah satu barang yang baik dalam pengerjaanya dan
bukan untuk di sembah , sebab yang disebut Pusaka bisa berujud apa saja ,
misalnya : Bendera ,Lambang Negara , Pakaian , Bangunan ( Karaton , Masjid ,
Gereja , Candid an lain-lain ).
AURA / PAMOR

Pamor memiliki daya membersihkan
radiasi maka setiap tempat yang terdapat Ether atau senyawa radioaktif bila di
dekatnya atau didalamnya di pasang / dipajang Keris yang berpamor maka tempat
tersebut akan dinetralkan radioaktifnya oleh Kobalt yang di kandung dalam pamor keris tersebut . Seperti
juga kamar yang beraura sangar atau negative bila di dalamnya di taruh Keris
maka kamar tersebut pun aka menjadi netral , adem dan menjadi nyaman .
Pemaparan ini merupakan pandangan secara Ilmiah jauh dari kesan klenik atau
mistik . Sedangkan bahan yang berikutnya adalah
Waos atau Baja yang berfungsi sebagai pengapit Besi dan Pamor sehingga menjadikan keris itu tajam bagian pinggirnya tetapi
juga kuat tidak mudah bengkok . Jadi Kalau boleh di sebut bahwa KERIS itu
sebenarnya terjadi atau terbuat dari Tiga (3 ) Unsur / Elemen yang menyatu ,
itu semua dapat di lihat dari Baja yang di pinggir yang berwarna Abu-abu, Besi
dan Meteor terletak di tengah berwarna
Hitam dan Putih. Jika kita memakai atau menyandang KERIS sebenarnya kita harus
senantiasa ingat dengan asal-usul kita yang sejati , dan bisa juga di ibaratkan
cara kita menempatkan diri sesuai dengan posisi kita di adapan Yang Maha Kuasa
,karena kita bukan yang berkuasa jadi kita tidak bisa bersifat Taqabur karena
kita hanyalah UmatNYa. Maka Kita dapat memisahkan dan memilih Piandel / Pusaka mana yang selalu kita Gendong ( Pakai ) . Maka Kebanyakan
kita memakai KERIS ,selalu kita tempatkan di belakang kita , yang merupakan
Gambaran bahwa di belakang kita Tuhan Yang senantiasa kita Gendong / dijadikan
Sesembahan . Sedangkan para Ulama,Pendeta,Brahmana,dan lainnya yang hidup dan
matinya sudah diserahkan untuk melayani dan mengabdi kepada TuhanNya yang
terlihat dari depan adalah Sifat dan watak dari PenciptaNYA karena
Beliau-beliau ini sudah menjauh dari sifat Keduniawian sehingga bila memakai
KERIS kebanyakan di letakan di depan yang menggambarkan bahwa Beliau-beliau ini
selalu memberikan Ilmu , Pengetahuan ,dan Penerang bagi Umatnya.
Untuk itu mari bersama-sama kita
menjaga dan merawat Ajaran-ajaran Para leluhur kita yang terkandung dalam
bentuk dan wujud KERIS , yang sebenarnya dalam wujud dan bentuk tersebut tidak
hanya berguna sebagai senjata saja tetapi juga berguna sebagai Ajaran /
Pandangan hidup / Falsafah bagi kita dalam bermasyarakat dan memahami diri kita
yang sejati yang berasal dari Pencipta kita Tuhan Yang Maha Pencipta . Maka
dari itu bila kita senang memakai KERIS dapat diharapkan kita dapat berlaku
Sabar,Ikhlas,jauh dari watak Taqabur dan dapat member manfaat bagi orang lain
Surakarta Hadiningrat ,2012
KRT. SINGHAWIJAYA