Rabu, 10 Oktober 2012

CERITA



KEN AROK MEMBELA DIRI…….. 

“Syahdan dikisahkan bahwa Ken Arok memesan sebilah keris kepada Mpu Gandring,maka oleh Sang Mpu di sanggupi keinginan Ken Arok. Berhari-hari bahkan berminggu-minggu sang Mpu memohon petunjuk kepada Sang Widi, memohon di berikan petunjuk keris seperti apakah dan bahan apakah yang cocok digunakan untuk keris pesanan Ken Arok. Ketika petunjuk telah didapatkan ,maka di mulailah proses pembuatan bilah keris tersebut,berhari-nari proses penempaan di lakukan untuk membuat bilah keris yang dipesan,dan pada suatu hari Ken Arok  datang menanyakan kepada Mpu Gandring sudah rampungkah keris pesanannya,dan ternyata memang belum selesai bilah keris itu ditempa oleh sang Mpu. Selanjutnya hari berganti dan masa yang di janjikan selesainya keris pesanan oleh Sang Mpu sudah terlewati ,maka Ken Arok pun datang untuk mengambil keris pesanannya,akan tetapi oleh Sang Mpu dijawab bahwa keris belum jadi, Ken Arok bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan Mpu gandring ,mengapa keris yang dijanjikan masa selesainya belum jadi ? disitu Ken Arok melihat sebilah keris baru yang pesinya sudah di balut dan diberi Jejeran bambu yang bentuk bilah keris itu begitu indah,Ken Arok berpikir bahwa tidak mungkin keris yang sudah dibalut dan di beri Jejeran akan di tempa lagi karena bisa terbakar balutan dan jejerannya ,maka Ken Arok meminjam keris tersebut dan menimang-nimangnya ,dia melihat keindahan dan kehalusan garap dari Sang Mpu terhadap keris tersebut dan ketika Sang Mpu memintanya oleh Ken Arok keris tersebut ditusukan kepada Sang Mpu dan matilah Mpu Gandring “ 


Dari pemaparan cerita diatas saya mencoba membangkitkan atau menghidupkan kembali tokoh Jawa yang begitu Terkenal Raja Singhasari yang pertama KEN AROK, dimana ketika itu dia menjadi seorang prajurit tumapel yang mempunyai cita-cita tinggi. Maka sebagai seorang kesatria Ken Arok memesan sebilah keris kepada Mpu Gandring. Kata “Memesan” berarti terjadi transaksi “Jer Basuki Mawa Beya” antara Ken Arok dan Mpu Gandring karena ketika kita menginginkan untuk mebeli/memesan pasti akan mengeluarkan biaya walaupun baru kesepakatan belum tunai pembayarannya atau sudah DP. Tetapi mengapa setelah keris sudah jadi Mpu Gandring tidak segera memberikannya kepada ken Arok…? Alasannya menurut pemikiran saya : 

  1. Karena Bilah keris yang dipesan Ken Arok begitu indah  
  2. Mungkin setelah ditayuh atau nayuh serta di TEPUS bilah kerisnya sang Mpu melihat kepantasan dari siapa yang cocok memilikinya serta kekuatan dari keris tersebut yang begitu hebat  
  3. Rasa Ingin memiliki keris tersebut

Maka sebagai pemesan Ken Arok ingin menuntut haknya, karena kalaupun diminta keris itu tidak akan di berikan oleh Mpu Gandring  maka seketika itu dibunuhlah Mpu Gandring. Dalam hal ini Kesalahan Ken Arok hanyalah membunuh sang Mpu dan itupun tidak direncanakan ,karena dia menuntut Haknya sebagai pemesan ,karena sudah ada kesepakatannya . Disini kalo kasus ini dicermati dengan bahasa pengadilan mungkin Ken Arok akan memberikan pembelaan seperti diatas….. dan mungkin saya akan menjadi Lawyernya dia karena cap sebagai pembunuh begitu kental disematkan kepadanya dalam tulisan-tulisan sejarah di sekolah-sekolah tetapi tidak ada pengkajian tentang sebab musabab dan menjadikan akibat terjadinya pembunuhan. Maka saya mengajak kepada para pecinta Tosan Aji sekaliyan untuk bisa menggali sejarah-sejarah Pakerisan serta teori-teori yang menyelubunginya . maka oleh alasan itulah saya menulis artikel ini mencoba membangkitkan/menghidupkan Tokoh KEN AROK. (bersambung)

KRT.SINGHAWIJAYA
Karaton Surakarta Hadiningrat

Selasa, 09 Oktober 2012

KERIS dan Bahan Pembuatannya



KERIS dan Bahan Pembuatannya
Antara Agama,Teknologi Ilmu Pengetahuan ,dan Budaya

“ …….Dan Kami telah menurunkan BESI ,yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia…….” ( Al-Hadid : 25 )


Kata “MENURUNKAN” untuk besi dalam ayat diatas memiliki pengertian metaforsis bahwa besi diberikan kepada manusia agar bermanfaat dan di manfaatkan oleh manusia .Tetapi apabila kita mempertimbangkan secara logika disiplin ilmu pengetahuan ,besi diturunkan dari luar angkas. Maka kita harus menyadari bahwa ayat tersebut diatas ( Qs.Al-Hadid:25 )menggambarkan dan menerangkan salah satu keajaiban Ilmu Pengetahuan yang sangat penting.
Penemuan Astronomi modern telah menyingkap bahwa besi yang ada di bumi berasal dari bintang-bintang raksaksa yang berada di luar angkasa.Unsur-unsur berat dalam alam semesta di hasilkan oleh inti bintang besar. Sistim matahari kita tidak mempunyai struktur tepat untuk menghasilkan besi. Besi hanya dapat dihasilkan oleh bintang yang lebih besar daripada matahari,yang memiliki suhu beratus juta derajat. Apabila kadar besi melebihi tahap tertentu dalam sebuah bintang,sehingga bintang ini tidak dapat lagi menampungnya,akhirnya bintang ini meledak dalam satu ledakan yang di sebut “NOVA” atau bila kekuatan ledakannya begitu besardisebut “SUPER NOVA”. Hasil ledakan tersebut yaitu meteor yang mengandung besi terpental kepenjuru angkasa dan planet-planet yang memiliki gravitasi termasuk bumi. Dengan penjelasan yang di simpulkan para ahli,astronom dan berbagai disiplin Ilmu pengetahuan maka menunjukan bahwa besi tidak dihasilkan oleh Bumi akan tetapi dibawa oleh daya Gravitasi planet kepada proses ledakan “Super nova”.

“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10).
 “Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)

 
Dari dua ayat tersebut diatas semakin jelaslah kekuatan dan fungsi dari benda langit yang jatuh kebumi yang sering kita sebut Meteor atau besi kalau sudah menjadi olahan ,maka tidak heran para Mpu ,Para Winasis kita dulu menjadikan besi sebagai bahan senjata/Keris  yang memiliki karakter dan kekuatan khusus di dalamnya ,walaupun era itu Agama Islam belum lahir di muka bumi ini. Karena para leluhur kita tahu bahwa unsur semesta yang memiliki kekuatan yang hebat terkandung dalam sebuah BESI,dan mereka pun mengolahnya menjadi sebuah barang atau senjata yang begitu indah estetikanya dan memiliki kekuatan tersembunyi di dalamnya dalam sebuah KERIS. Dari sinilah dapat kita tarik benang merah hubungan dari kekuatan dan fungsi besi dilihat dari sisi Agama  dan proses jatuhnya secara Fisika (Reaksi Super Nova ) untuk dibuat menjadi benda seni yang merupakan produk sebuah Budaya. Inilah hasil kebudayaan dari leluhur kita yang sudah di akui oleh dunia sebagai benda WARISAN DUNIA .



Semoga dari  tulisan ini dapat menambah rasa memiliki dan mencintai dan ingin melestarikannya sebagai warisan untuk anak cucu kita
Rahayu ….. rahayu ….. rahayu

Wassalamu’alaikum,wr.wb

KRT.Singhawijaya
Karaton Surakarta Hadiningrat



Jumat, 28 September 2012

KERIS DALAM FALSAFAH



KERIS DALAM PANDANGAN FALSAFAH

PEMBUKA

Seperti Kita ketahui bahwa para Kerabat Karaton yaitu Putra-putridalem,Santanadalem,Abdidalem Santana,Abdidalem ,serta masyarakat umum, khususnya di wilayah Surakarta Hadiningrat dan seantero Nusantara pada umumnya banyak yang mengagumi dan gemar dengan KERIS.
Apalagi Khusus bagi Para Kerabat Karaton Surakarta Hadiningrat ,mempunyai kewajiban untuk memakai / menyandang KERIS didalam kegiatan Karaton baik yang bersifat resmi atau tidak resmi.
Akan tetapi banyak juga yang belum mengetahui makna dan filosofi KERIS. Maka dari itu sebagai salah seoran Abdidalem Saya memberanikan diri untuk berbagi Pengertian dan pemahaman Khususnya di dalam Fasafah KERIS itu sendiri, bukan berarti Saya ingin menggurui Pembaca sekalian ,akan tetapi Saya hanya ingin berbagi Ilmu dari Para Winasis / Pujangga / Guru yang sudah Saya terima, tak lain dan tak bukan hanya ingin supaya pandangan dan Falsafah Kejawen Khususnya tentang KERIS bisa terjaga dan tidak hilang tergerus perkembangan jaman dan bisa di turunkan dan dipelajari oleh anak ,cucu generasi penerus kita di masa yang akan datang.
Demikian  yang dapat Saya sampaikan sebagai Prakata , bilamana ada kata yang kurang berkenan ,Saya menyadarinya karena Saya hanyalah Titah, dan Kesempurnaan hanyalah milik GUSTI INGKANG MURBENG DUMADHI , dan Saya mohon maaf untuk kekurangan itu. Khusus Kepada Beliau-beliau yang lebih mampu dan paham tentang Tosan Aji / Keris dan lain-lain , Saya hanya ingin berbagi dalam menyatukan Cipta,Rasa dan Karsa untuk kesempurnaan Menjaga dan Merawat Budaya Jawa yang Adhi luhung.

Terima Kasih



KRT. SINGHAWIJAYA
 Karaton Surakarta



FILSAFAT KERIS

KERIS = Kekeraning Istikad ( jarwa dasa )
KERIS juga bisa disebut Wangkingan, atau Curiga, dan juga Dhuwung . Sebagai Pembuka kita, ada pertanyaan :
·         Ana ngendi ta Pucuking KERIS iku ? ( Ada di manakah Ujung KERIS itu ? )
·         Ana ngendi ta Pucuking Manungsa iku ? ( Ada dimanakah Ujung Manusia itu ? )
Sebenarnya KERIS itu dibuat sebagai gambaran dari Manusia itu sendiri. Ketika awal mula manusia belum berujud, dia terjadi dari Benih Suci (Spermatozoid ) yang dihasilkan dari Bapak/Rama  ( “Duk mula bukanira sira ujud, inggih kadadosna saking Wiji Suci arupi cebong ingkang Kinandut dening Bapa “ ) . Jadi ada kalimat atau unen-unen “Kepala disambung ekor belum bisa bergerak …” ( Sirah kasambung buntut dereng saged ebah….). Maka seperti juga KERIS yang pertama bentuk awalnya adalah Lurus ( Jejeg ) . Maka KERIS dengan bentuk / Dapur Ricikan / ornament Lurus ( Jejeg ) tidaklah banyak di buat atau di cipta ,sebagai contoh salah satunya Dapur “Jalak” dan Dapur “Kebo” antara lain :
a.       Jalak Brojol
b.      Jalak Tilam Upih
c.       Jalak Tilam Sari
d.      Jalak Ngore
e.      Jalak Sangu Tumpeng
f.        Jalak Mbedat Kurungan
g.       Pasopati
h.      Sinom
i.         Sinom Robyong
j.        Kebo Teki
k.       Kebo Lajer
l.         Kebo Ndungkul
Dan lain-lain
Cebong / Spermatozoid yang sudah di pindahkan dan di kandung didalam Rahim Ibu mulai bergerak , demikian juga KERIS di ibaratkan mulai bergerak maka gambaran gerak itu berbentuk ‘’Luk”, dan jumlah Luk dibuat ganjil jumlahnya mulai dari Luk 3 ( Jangkung ) hingga Luk 13 ( Sengkelat ) dan lain sebagainya. Ketika Spermatozoid didalam rahim ibu, muncul bentuk ricikan / ornamen untuk menjadi sebuah ujud : terbentuk Mata,Hidung,Bibir,Rambut dan lain-lain. Karena Gambaran tersebut, dalam wujud KERIS dapur Luk juga terdapat  ornament atau bentuk ricikan : Pijetan , Tikel Alis , Lambe Gajah , Jalen ,Sekar Kacang , Greneng, Pudak Setegal . KERIS di awal bentuknya disebut “Kodokan” yang didalamnya bersatu tiga jenis bahan / energi yaitu : Wesi Purosani , Pamor ( Batu Meteor ) , serta Waos ( Baja ) . Jadi belum memakai “ Gonjo” . Lalu  Kodokan dipotong pada ujungnya dan dijadikan “Gonjo” diletakan dibawah bilah Keris dengan posisi Malang. Maka yang disebut Ujung dari Keris terletak pada “Gonjo”.
Gonjo di bagian belakang di buat bentuk Greneng ( model mata pancing ) atau dengan kata lain disebut Rambut karena rambut juga berpangkal di bagian belakang, sama seperti manusia Ujungnya juga terletak di bagian belakang atau tengkuk.
Sekar Kacang atau dengan kata lain Jenggot , maka bila bilah Keris berdapur Robyong juga disematkan pula bentuk Greneng . Pesi berfungsi sebagai pegangan yang kelak akan di beri ukiran atau  Jejeran dan pada gambaran Manusia pegangan atau jejeran tersebut di ibaratkan sebagai Ubun-ubun ( mbun-mbunan ) . Gandik ( Rai ) atau wajah , maka pada gandik keris juga terdapat Tikel Alis , Lambe Gajah ,


dan Jalen , dan dibelakangnya disebut Pijetan di ibaratkan sebagai Pipi Manusia , lalu dibawahnya disebut Sogokan yang terletak di Jangga atau Leher bila pada Manusia.
“Ing madyaning ngelmu Jawi, yen sira angagem Keris , ya Wangkingan , ya Dhuwung , sira mangertia sejatining sira asal saka Wiji , Roh , lan Sukma kang Suci , ya Sifating Allah panggonan bebener ( di dalam falsafah jawa , bila kamu memakai Keris , atau Wangkingan , atau Dhuwung , hendaklah kamu mengerti dengan asal kamu yang sejati , ketahuilah sebenarnya kamu berasal dari benih , Roh dan sukma yang suci gambaran dari sifat Allah / Tuhan tempat segala kebenaran . KERIS juga dilengkapi dengan Pakaian / sandangan yang di sebut “Warangka” maka pada diri manusia pun juga memakai Pakaian . Dan Pakaian itu disesuaikan dengan kebutuhannya ataupun keperluannya , sebagai contoh Warangka Ladrang di pakai pada saat acara resmi seperti Penobatan Raja , Pisowanan Ageng ,Wisudan dan lain-lain. Warangka Gayaman dipakai pada keseharian seperti Pergi ke kantor dan lain sebagainya . Warangka Sandang Walikat dipakai pada saat berpergian jauh / Tour mengguakan kendaraan seperti Kuda , Motor , Kapal dan lain-lain. KERIS dalam falsafah memberi Kepercayaan diri .
Pertayaan berikutnya : Mengapa KERIS pada sisi atau pinggirnya dibuat Tajam ? Seperti kita ketahui pada diri kita di beri oleh Tuhan sebuah Kehidupan yang mempunyai ciri bisa merasakan sesuatu ( diberi Panca Indra ) dan yang paling pinggir / tepi / Luar adalah Kulit atau Indra Perasa mulai dari ujung kaki hingga ubun-ubun bisa merasakan sentuhan ( Tajam )

BAHAN KERIS
Keris di buat dengan menggunakan bahan baku Tosan Atau Besi , yang disebut inti besi atau “Wesi Purosani” . Purosani dari asal kata Phurusa yang berarti Roh dan Roh merupakan inti dari kehidupan , maka besi yang akan dijadikan Keris di pilih dari sari patinya besi atau intinya besi . Sebagai contoh jenis –jenis sari pati / inti besi antara lain :
  • Balebang
  • Kemboja
  • Mangankang
  • Malelo Gendogo
  • Malelo Pusuh
  • Malelo Sente
  • Bale Lumur
  • Karang Wijang
Dan lain sebagainya yang didalamnya juga terkandung kelebihan dan kekurangan dari sifat besi itu sendiri .
Sari pati besi atau inti besi tersebut sebenarnya berbobot 1/2 Kilogram dari besi yang bobotnya 15 Kg jadi semua kotoran yang terkandung dalam besi sudah rontok terbuang ketika proses penggemblengan di laksanakan . Bahan lainnya yang di sebut “Pamor” diambil dari batu Meteor yang jatuh dari langit dan sarinya batu diambil hingga ujud serat putih yang secara Ilmiah di sebut Titanium , dan bahan tersebut mengandung Kobalt yang berfungsi menetralisir radiasi . Pamor berujud putih yang diambil dari sari batu Meteor dibuat motif atau corak yang beragam sesuai dengan selera atau feeling dari Mpu dan menjadikan ujud karya Budaya yang Adi Luhung sehingga juga bisa di sebut “Pusaka” 

KERIS DIBUAT SEBAGAI PUSAKA
Pusaka berarti yang pantas di hormati karena merupakan salah satu barang yang baik dalam pengerjaanya dan bukan untuk di sembah , sebab yang disebut Pusaka bisa berujud apa saja , misalnya : Bendera ,Lambang Negara , Pakaian , Bangunan ( Karaton , Masjid , Gereja , Candid an lain-lain ).

AURA / PAMOR
Pamor memiliki daya membersihkan radiasi maka setiap tempat yang terdapat Ether atau senyawa radioaktif bila di dekatnya atau didalamnya di pasang / dipajang Keris yang berpamor maka tempat tersebut akan dinetralkan radioaktifnya oleh Kobalt yang di kandung dalam pamor keris tersebut . Seperti juga kamar yang beraura sangar atau negative bila di dalamnya di taruh Keris maka kamar tersebut pun aka menjadi netral , adem dan menjadi nyaman . Pemaparan ini merupakan pandangan secara Ilmiah jauh dari kesan klenik atau mistik . Sedangkan bahan yang berikutnya adalah  Waos atau Baja yang berfungsi sebagai pengapit Besi dan Pamor sehingga menjadikan keris itu tajam bagian pinggirnya tetapi juga kuat tidak mudah bengkok . Jadi Kalau boleh di sebut bahwa KERIS itu sebenarnya terjadi atau terbuat dari Tiga (3 ) Unsur / Elemen yang menyatu , itu semua dapat di lihat dari Baja yang di pinggir yang berwarna Abu-abu, Besi dan Meteor  terletak di tengah berwarna Hitam dan Putih. Jika kita memakai atau menyandang KERIS sebenarnya kita harus senantiasa ingat dengan asal-usul kita yang sejati , dan bisa juga di ibaratkan cara kita menempatkan diri sesuai dengan posisi kita di adapan Yang Maha Kuasa ,karena kita bukan yang berkuasa jadi kita tidak bisa bersifat Taqabur karena kita hanyalah UmatNYa. Maka Kita dapat memisahkan dan memilih Piandel / Pusaka mana yang selalu kita Gendong ( Pakai ) . Maka Kebanyakan kita memakai KERIS ,selalu kita tempatkan di belakang kita , yang merupakan Gambaran bahwa di belakang kita Tuhan Yang senantiasa kita Gendong / dijadikan Sesembahan . Sedangkan para Ulama,Pendeta,Brahmana,dan lainnya yang hidup dan matinya sudah diserahkan untuk melayani dan mengabdi kepada TuhanNya yang terlihat dari depan adalah Sifat dan watak dari PenciptaNYA karena Beliau-beliau ini sudah menjauh dari sifat Keduniawian sehingga bila memakai KERIS kebanyakan di letakan di depan yang menggambarkan bahwa Beliau-beliau ini selalu memberikan Ilmu , Pengetahuan ,dan Penerang bagi Umatnya.
Untuk itu mari bersama-sama kita menjaga dan merawat Ajaran-ajaran Para leluhur kita yang terkandung dalam bentuk dan wujud KERIS , yang sebenarnya dalam wujud dan bentuk tersebut tidak hanya berguna sebagai senjata saja tetapi juga berguna sebagai Ajaran / Pandangan hidup / Falsafah bagi kita dalam bermasyarakat dan memahami diri kita yang sejati yang berasal dari Pencipta kita Tuhan Yang Maha Pencipta . Maka dari itu bila kita senang memakai KERIS dapat diharapkan kita dapat berlaku Sabar,Ikhlas,jauh dari watak Taqabur dan dapat member manfaat bagi orang lain


Surakarta Hadiningrat ,2012

KRT. SINGHAWIJAYA

Selasa, 17 Juli 2012

WILUJENGAN NAGARI MAHESA LAWUNG

Mahesa Lawung di Alas Krendhowahono
Dalam Kisah pewayangan, setiap kali para Ksatria hendak menunaikan tugas mulia atau sedang mencari jawaban atas permasalahan hidupnya, ketika mereka melintasi hutan belantara pasti akan mendapat hadangan dari hewan buas jadi-jadian dan para Buto atau raksasa penunggu hutan tersebut. Hutan belantara adalah simbol dari gelap dan ruwetnya alam pikiran manusia, dimana sering timbul godaan hawa nafsu yang disimbolkan hewan buas serta raksasa, yang akan menggagalkan niat-niat baik dalam diri manusia. Pemaknaan inilah yang menjiwai dari Upacara Mahesa Lawung yang digelar secara rutin oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Upacara Mahesa Lawung diadakan 40 hari setelah Grebeg Maulud di sebuah hutan yang bernama Alas Krendhowahono. Hutan sebelah utara Kota Solo yang terletak di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, ini dikenal oleh masyarakat sebagai tempat angker dengan mitos Bethari Durga sebagai penunggunya. Hutan Krendhowahono mempunyai sebuah petilasan yang penting yaitu Watu Gilang dimana Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegara sering bertemu ditempat itu untuk membicarakan strategi dalam menghadapi peperangan dengan pihak Belanda. Konon, menurut penuturan warga di sekitar hutan, Ir Soekarno presiden pertama Republik Indonesia sering menyepi dan bersemedi di hutan tersebut.
Upacara Mahesa Lawung merupakan upacara yang sudah turun-temurun yang muncul di lembaran sejarah tanah Jawa pada zaman Dinasti Syailendra-Sanjaya yang tampak dalam arca Durgamahesasuramandini. Dengan bergantinya era kerajaan Hindu-Budha menjadi Kerajaan Islam, maka Upacara Mahesa Lawung juga dikemas dengan doa-doa bernafaskan Islam. Upacara Mahesa Lawung diawali dengan menata semua sesaji dan perlengkapan upacara di Bangsal Sitihinggil Kraton Kasunanan Surakarta, lalu semua peserta upacara melakukan doa bersama di sana. Setelah itu rombongan menuju ke Hutan Krendhawahono untuk melanjutkan ritual yang menjadi puncak Upacara Mahesa Lawung. Sesampai di tengah hutan, sesaji diletakkan di puncak sebuah punden yang berada di bawah pohon beringin besar. Sesaji yang paling utama adalah potongan kepala kerbau yang dibungkus dalam kain kafan. Selain itu terdapat berbagai macam sesaji seperti aneka bunga, ayam ingkung, kelapa muda, serta aneka serangga, binatang melata dan binatang berbisa, yang sering disebut dengan "Sesaji Kutu-kutu Walang Atogo".
Asap kemenyan mulai menyebarkan wanginya keseluruh pelosok hutan dan doa-doa kembali dilantunkan. Pemimpin upacara mulai mendaraskan doa dan disambut peserta upacara dengan mengucapkan kata "rahayu". Satu persatu kerabat Kraton Kasunanan Surakarta naik ke atas punden untuk meyampaikan doa pribadi masing-masing. Beberapa Sentono dan Abdi dalem juga bergiliran untuk berdoa di atas punden. Setelah selesai upacara, kepala kerbau tersebut dikuburkan ditempat tersebut dan sesaji yang lain dibagi-bagikan kepada para peserta upacara.
Doa dalam Upacara Mahesa Lawung adalah doa-doa untuk memohon keselamatan kepada Tuhan agar dijauhkan dari mara bahaya dan bencana. Permohonan ini tidaklah sebatas kata, tapi dimaknai dengan keberanian untuk bersesaji atau berkorban. Upacara Mahesa Lawung adalah sebuah gambaran dari tekad untuk membunuh sifat-sifat "kerbau" dalam hati manusia dan menguburkannya dalam-dalam. Kerbau merupakan penggambaran dari sifat-sifat buruk manusia seperti kebodohan, kemalasan dan sikap acuh tak acuh terhadap sekitar. Dengan keberanian untuk mengorbankan sifat-sifat buruk tersebut, diharapkan muncullah hubungan baik dari segala unsur semesta ini, baik hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan alamnya, maupun dengan Tuhan Sang Penguasa alam ini, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik, sejahtera dan dijauhkan dari bencana. Salam Kratonpedia.